Mobil Timor ketubruk di WTO! Berita itu sebetulnya tidak lagi mengejutkan masyarakat. Sejak awal, memang banyak yang mengecam subsidi pemerintah terhadap mobil Timor yang dianggap sebagai mobil nasional itu. Tidak hanya itu, pemerintah dan IMF juga pernah bersepakat untuk membiarkan Timor melaju tanpa dorongan subsisi. Belakangan, pemerintah rupanya tak tega melihat "mobil nasional" ini mogok di pasaran. Sebuah Keppres pun datang menyelamatkannya.
Wawancara Suhari Sargo:
Di luar itu , Jepang terus melaju ke WTO. Jepang memperkarakan Timor ini di Organisasi Perdagangan Dunia itu. Hasilnya? Ya, itu tadi. Timor kalah telak di organisasi itu. "Nasib mobil Timor benar-benar terancam setelah keputusan WTO itu", kata Suhari Sargo kepada TEMPO Interaktif. Menurut alumnus ITB (1960) itu, sebelum subsidi untuk Timor dicabut pun pemasaran mobil ini anjlok di pasaran. Bulan Maret misalnya, hanya terjual sekitar 100 unit.
Dengan kekalahan di WTO itu berarti harganya tambah melejit dan pasar akan kian meninggalkannya. Jadi, Timor bakal KO di dua tempat. Di WTO dan di pasaran.
Berikut petikan wawancara Wens M. dari TEMPO Interaktif dengan Suhari Sargo, lewat telepon, Kamis, 3 April 1998. Purnawirawan TNI- AD yang berpangkat kolonel itu memang tekun mengamati perkembangan otomotif di Indonesia.
Bagaimana tanggapan Anda atas kalahnya mobil Timor di WTO?
Sebetulnya, keputusan di WTO itu adalah juga senjata yang ampuh bagi IMF terhadap keplinplanan Indonesia dalam soal mobil Timor. Sebagaimana diketahui, Indonesia dan IMF telah bersepakat untuk tidak memberikan kemudahan kepada mobil Timor. Tetapi kemudian keluar lagi Keppres yang mencabut kesepakatan itu. Sekarang, WTO memutuskan, mobil Timor tidak boleh disubsidi. Jadi, secara umum, dapat disimpulkan bahwa kebijakan kita memang salah dalam kasus mobil Timor ini.
Apa yang terjadi dengan mobil Timor pasca kekalahan di WTO?
Nasib mobil Timor akan sangat ditentukan oleh kekuasaan pasar semata. Dengan harga yang mahal, karena tanpa subsidi tadi, nasib perusahaan mobil ini memang terancam. Karena jangankan naik harganya, dengan harga yang lama saja pembelinya sangat sedikit. Coba bayangkan, dalam bulan Maret, penjualan mobil Timor ini hanya laku sekitar 100 unit. Jadi masih ada banyak mobil Timor yang nongkrong di gudangnya.
Apakah pemerintah akan berusaha membantu?
Biasanya, memang pemerintah berusaha membantu, tetapi untuk perusahaannya saya kira pemerintah akan kesulitan menyelamatkannya. Tetapi kalau untuk mobil yang sudah diimpor, pemerintah memang masih bisa menyelamatkannya. Taruhlah misalnya, semua mobil Timor itu dijadikan taksi saja. Karena kalau mau mengunakan cara-cara seperti sebelumnya, yakni mewajibkan semua instansi untuk membeli mobil ini, saya kira sudah tidak mungkin lagi. Karena pemerintah sendiri sudah terengah-engah. Negara sudah tidak punya uang lagi untuk memborong mobil ini. Untuk makan rakyatnya saja pakai kupon segala, apalagi buat beli mobil. Kecuali kalau perusahaannya mau jual mobil Timor ini dengan mengunakan kupon gratis juga.
Jadi, tidak ada jalan buat pemerintah untuk menyelamatkan "mobnas" ini?
Bisa saja pemerintah melakukan subsidi diam-diam. Lepas dari mungkin tidaknya pemerintah melakukannya, apa yang mereka dapat setelah itu. Pasarnya kan jelas sedang jeblok. Industrinya pun belum jelas benar. Jadi tidak ada gunanya pemerintah membantu. Biarkan saja mobil Timor bersaing bebas di pasar.
Mobil Timor mampu melakukan itu?
Sangat berat sekali. Saya kira mobil Timor tidak hanya kalah di WTO, tetapi juga bakal kalah di pasar mobil. Tahun kemarin saja pasaran mobil Timor itu kalah sama mobil Baleno, Kijang, dan jenis-jenis mobil lainnya. Dalam persaingan seperti itu dan dengan pasar yang merosot, jelas mobil Timor ini akan kewalahan. Pada 1997, memang mobil ini mampu memasarkan sekitar 20.000 sampai 24.000 unit. Tetapi jumlah sebanyak itu berhasil dipasarkan selama mereka masih mendapatkan fasilitas bebas bea masuk. Tetapi mobil-mobil dengan merk yang berlainan juga tetap laris di pasaran, bahkan cenderung meningkat. Jadi, kehadiran Timor ini tidak mendesak pasaran mobil lainnya. Dia hanya menciptakan segmen pasar baru saja. Tetapi dalam awal tahun ini, pasaran mobil Timor ini anjlok. Artinya, segmen pasarnya tadi mulai susut. Apalagi kalau bebas bea masuk itu nanti dicabut.
Jumlah yang banyak pada tahun lalu itu dibeli secara kredit. Dengan habisnya subsidi pemerintah ini apakah kreditor mobil Timor terkena dampaknya?
Kredit tahun lalu itu sekarang tidak bisa diubah lagi. Karena mobilnya kan sudah diimpor tahun lalu. Yang justru menjadi masalah adalah bagaimana menjual mobil yang sekarang ditumpuk di gudang Kerawang dan Cengkareng yang jumlahnya sekitar 15.000 unit. Andaikata sekarang manajemen mobil Timor mampu memasarkan 1.000 unit setiap bulannya, itu berarti mereka membutuhkan waktu satu tahun tiga bulan untuk memasarkan produk yang sudah ada. Dengan catatan, produksinya dihentikan sama sekali. Tetapi, menurut saya, angka seribu itu terlalu besar buat Timor ini. Ya, ratusan-lah. Kalau hanya ratusan, itu berarti butuh waktu puluhan bulan untuk memasarkannya. Mobilnya keburu rusak, kan?
Kalau Timor diberi subsidi, apa ruginya buat rakyat Indonesia?
Ruginya, rakyat diabaikan dalam alokasi keuangan negara. Sebab masih banyak kebutuhan nasional yang lebih besar yang perlu disubsidi. Misalnya beras, industri kecil, kerajinan tangan, dan sebagainya. Menurut saya, itu yang harus diprioritaskan, kalau pemerintah punya uang untuk memberi subsidi. Sebab kalau dihitung, fasilitas-fasilitas yang diberikan pada mobil Timor ini jumlahnya besar sekali, sekitar 800 juta dollar. Apa tidak lebih baik dana sejumlah itu disubsidikan pada sektor yang menyangkut nasib banyak orang?
No comments:
Post a Comment